Special for your loving life...

...Do the best for our life...

Wednesday 9 December 2009

Teknik-teknik Pengumpulan Data

KAJIAN TENTANG DATA, OBSERVASI, WAWANCARA, DAN STUDI LITERATUR


Dalam melakukan penelitian, dibutuhkan informasi-informasi yang dapat ditujukan untuk memperkuat objek penelitian. Informasi tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber dan nantinya akan menjadi bukti yang akurat terhadap hasil penelitian. Informasi ini akan diolah menjadi sebuah data penelitian. Ada berbagai cara dilakukan untuk mengumpulkan data, diantaranya melalui observasi, wawancara, focus group discussion, ataupun melalui pemanfaatan bahan pustaka. Kegiatan ini biasa dilakukan terutama dalam penelitian kualitatif. Karena desain penelitian kualitatif bersifat fleksibel dan berubah-ubah sesuai dengan kondisi lapangan. Oleh karena itu peranan peneliti sangat dominan dalam menentukan keberhasilan penelitian yang dilaksanakan. Karena proses pengumpulan data sangat menentukan hasil akhir dari sebuah laporan penelitian, maka terdapat beberapa kategorisasi data yang penting bagi tahapan-tahapan untuk mengumpulkan data tersebut secara berkesinambungan, yaitu kategorisasi menurut sifatnya dan kategorisasi menurut cara memperolehnya.


Dalam kategorisasi menurut sifatnya, dalam studi penelitian terdapat data kualitatif dan data kuantitatif, dan keduanya sudah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan data dalam kategorisasi bagaimana cara memperolehnya, dalam melakukan kegiatan ini, terdapat dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari tangan pertama dan diolah oleh organisasi atau perorangan. Dengan kata lain, data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti (Sudarso dalam Bagong & Sutinah 2005: 55). Data ini juga merupakan data yang berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sample dalam penelitiannya dan data ini dapat direkam atau dicatat oleh peneliti. Misalnya: peneliti mendatangi setiap rumah tangga dan menanyakan jumlah anggota keluarga, mata pencaharian, agama, pendidikan, dan lain-lain terkait dengan tujuan penelitiannya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh suatu organisasi atau perorangan melalui pihak lain yang telah mengumpulkan dan mengolah data tersebut. Jadi, data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti tapi melalui lembaga atau institusi tertentu (Sudarso dalam Bagong & Sutinah 2005: 55-56). Dapat dikatakan bahwa data sekunder adalah data yang berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Misalnya: data bentuk teks, seperti dokumen, pengumuman, surat-surat, spanduk; data bentuk gambar seperti foto, animasi, billboard; data bentuk suara, seperti hasil rekaman kaset; serta kombinasi teks, gambar dan suara: film, video, dan iklan di televisi. Contoh nyata misalnya peneliti memperoleh data dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, dan lain-lain.


Namun, sebelum melakukan pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder, terdapat beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan sehingga data yang diperoleh benar-benar data yang diinginkan, sebagai berikut: peneliti harus memahami tujuan penelitian, peneliti memusatkan hipotesis atau hal-hal yang perlu dipecahkan dalam penelitian, peneliti harus memahami sampel yang menjadi sumber data, peneliti harus memahami pedoman kerja atau metodologi, dan peneliti harus memahami dan mendokumentasikan data.


Dan tindakan lanjutan yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakan kemampuan kita dalam mengumpulkan data. Dan untuk menjembatani masalah ini, terdapat teknik pengumpulan data, diantaranya:


LOOKING/OBSERVASI

Teknik observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan mengamati langsung di lapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat, merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian. Observasi bisa dikatakan merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah diketemukan, maka peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan diteliti. Setidaknya, berdasarkan keterlibatan peneliti dalam interaksi dengan objek penelitiannya, terdapat dua jenis observasi (Hariwijaya 2007: 74). Pertama, observasi partisipan, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara terlibat langsung dalam interaksi dengan objek penelitiannya. Dengan kata lain, peneliti ikut berpartisipasi sebagai anggota kelompok yang diteliti. Misalnya peneliti ingin meneliti pola interaksi pekerja bangunan terjun langsung di lapangan menyamar sebagai pekerja bangunan. Kedua, observasi nonpartisipan, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan cara tidak melibatkan dirinya dalam interaksi dengan objek penelitian. Sehingga, peneliti tidak memposisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang diteliti. Selain dua jenis observasi tersebut, dikenal pula observasi partisipan-membership, artinya peneliti adalah anggota dari kelompok yang diteliti. Contoh yang dapat dikaji misalnya seorang wartawan meneliti pola interaksi dalam proses manajemen media di tempatnya bekerja. Beberapa teknik yang biasa dilakukan dalam observasi, antara lain: -membuat catatan anekdot¸ catatan informal yang diguakan pada waktu mengadakan observasi, yang berisi tentang suatu gejala atau peristiwa. Misal: tingkah laku manusia, -membuat daftar cek, daftar yang berisi catatan setiap factor secara sistematis. Daftar cek ini dipersiapkan sebelum observasi dan dibuat sesuai dengan tujuan khusus dalam observasi, -membuat skala penilaian, skala yang digunakan untuk menetapkan penilaian secara bertingkat dan untuk mengamati kondisi data secara kualitatif. Misal: meniliti siswa dalam proses belajar mengajar, dan -memcatat dengan menggunakan alat, pencatatan yang dilakukan melalui pengamatan dengan menggunakan alat, misal: kamera, redorder, dan lain-lain. Sedangkan manfaat dari observasi itu adalah peneliti akan mampu memahami konteks data secara menyeluruh, memperoleh pengalaman langsung, dapat melihat hal-hal yang kurang diamati oleh orang lain, dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap saat wawancara, dapat mengungkapkan hal-hal yang ada di luar persepsi responden, dan juga dapat memperoleh kesan-kesan pribadi terhadap obyek yang diteliti (Nasution, 1988).


QUESTIONING/WAWANCARA

Wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002). Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan sampel. Dalam penelitian dikenal teknik wawancara-mendalam (Hariwijaya 2007: 73-74). Teknik ini biasanya melekat erat dengan penelitian kualitatif. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Keunggulannya ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak, sebaliknya kelemahan ialah karena wawancara melibatkan aspek emosi, maka kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang diwawancari sangat diperlukan. Dari sisi pewawancara, yang bersangkutan harus mampu membuat pertanyaan yang tidak menimbulkan jawaban yang panjang dan bertele-tele sehingga jawaban menjadi tidak terfokus. Sebaliknya dari sisi yang diwawancarai, yang bersangkutan dapat dengan enggan menjawab secara terbuka dan jujur apa yang ditanyakan oleh pewawancara atau bahkan dia tidak menyadari adanya pola hidup yang berulang yang dialaminya sehari-hari. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif. Selain itu, ada beberapa hal lain yang juga perlu diperhatikan untuk menjadi pewawancara yang baik, yaitu jujur, mempunyai minat, berkepribadian dan tidak temperamental, adaptif, akurasi, dan berpendidikan (Moser & Kalton dalam Musta’in Mashud dalam Bagong & Sutinah 2005: 76).


FOCUS GROUP DISCUSSION/GROUP DISKUSI

Focus Group Discussion (FGD) merupakan metode penelitian di mana peneliti memilih orang-orang yang dianggap mewakili sejumlah publik yang berbeda. Misalnya, seorang Public Relations (PR) perusahaan ingin mengetahui opini publik tentang kebijakan baru perusahaan, PR bisa memilih orang yang dianggap mewakili karyawan, pimpinan dan lainnya. Mereka semua dikumpulkan dalam sebuah ruang diskusi yang dipimpin seorang moderator. Di forum diskusi inilah moderator mengeksplorasi opini dan pandangan-pandangan responden tentang kebijakan perusahaan. Dari sini kemudian moderator memiliki peran penting bagi suksesnya diskusi. Peneliti dapat bertindak sebagai moderator atau mempercayakan kepada orang lain. Seorang moderator harus mempunyai kemampuan dalam penguasaan teknik wawancara, menjaga agar aliran diskusi terus berjalan, dan mampu bertindak sebagai wasit atau bahkan sebagai pembela yang menentang apa yang dianggap baik (devil's advocate). Selama proses diskusi akan lebih baik dilengkapi alat-alat perekam, sehingga membantu peneliti dalam analisis data. (Hariwijaya 2007: 72-73). FGD memungkinkan peneliti mendapatkan data yang lengkap dari informan yang biasanya dijadikan landasan suatu program (pilot study). Pelaksanaan FGD juga relatif cepat, yang terlama adalah waktu rekruitmen informan. FGD juga memungkinkan peneliti lebih fleksibel dalam menentukan desain pertanyaan, sehingga bebas bertanya kepada informan sesuai dengan tujuan penelitian. Namun FGD relatif membutuhkan biaya yang cukup besar, bahkan dalam beberapa kasus, para informan mendapat selain konsumsi juga ‘uang lelah’ karena telah mengikuti diskusi.


READING/STUDI LITERATURE/KAJIAN PUSTAKA

Bahan pustaka merupakan teknik pengumpulan data melalui teks-teks tertulis maupun soft-copy edition, seperti buku, ebook, artikel-artikel dalam majalah, surat kabar, buletin, jurnal, laporan atau arsip organisasi, makalah, publikasi pemerintah, dan lain-lain. Bahan pustaka yang berupa soft-copy edition biasanya diperoleh dari sumber-sumber internet yang dapat diakses secara online. Pengumpulan data melalui bahan pustaka menjadi bagian yang penting dalam penelitian ketika peneliti memutuskan untuk melakukan kajian pustaka dalam menjawab rumusan masalahnya. Pendekatan studi pustaka sangat umum dilakukan dalam penelitian karena peneliti tak perlu mencari data dengan terjun langsung ke lapangan tapi cukup mengumpulkan dan menganalisis data yang tersedia dalam pustaka. Selain itu, pengumpulan data melalui studi pustaka merupakan wujud bahwa telah banyak laporan penelitian yang dituliskan dalam bentuk buku, jurnal, publikasi dan lain-lain. Sehingga hasil laporan penelitian itu akan menjadi data lebih lanjut yang dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut pula. Hal itu terjadi karena sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Dengan demikian, studi pustaka sangat tergantung pada penulisan hasil laporan atau fenomena yang ada dalam masyarakat diungkapkan melalui teks tertulis. Semakin banyak laporan penelitian maupun ‘printed phenomenons’ maka semakin kaya pula data yang tersedia dalam studi pustaka. Dengan begitu, penelitian akan mudah dilakukan dalam rentang waktu yang singkat karena data yang diperlukan mudah didapat peneliti. Hal penting dalam teknik ini adalah peneliti harus mencantumkan sumber yang ia dapat dalam bentuk sistem referensi yang terstandardisasi. Sehingga, darimana data itu diperoleh akan jelas dan mudah untuk croscheck ulang.

CONTOH PENGUMPULAN DATA (WAWANCARA)

Topik/Judul: Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap India dan Iran Mengenai Program Nuklir Pada Masa Periode Kedua Pemerintahan George W. Bush (2005-2009)


Guideline to interview:

Penelitian ini berusaha menemukan motif atau alasan-alasan dibalik sifat dualisme AS terhadap program nuklir India dan Iran. Sifat dualisme tersebut ditunjukkan dengan dukungan AS terhadap program nuklir India, sementara sangat menekan program nuklir Iran. Hal tersebut memunculkan pro-kontra dalam internasional yang memandang sikap AS sangat bertentangan dengan rezim nuklir yang dibentuk dibawah perjanjian non-proliferasi. Terkait dengan hal tersebut, maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap India dan Iran Mengenai Program Nuklir Pada Masa Periode Kedua Pemerintahan George W. Bush (2005-2009).”

Pokok-pokok interview:

1. Bagaimana dinamika kebijakan luar negeri AS di masa pemerintahan George Bush?

2. Seperti apakah sifat-sifat dasar kebijakan luar negeri AS sebenarnya?

3. Terkait dengan kebijakan luar negeri AS, bagaimanakah sebenarnya AS memandang dunia internasional sebagai sebuah sistem yang sangat berpengaruh terhadap dinamika AS? Mengapa?

4. Dalam tahap implementasi kebijakannya, instrumen seperti apakah yang sering digunakan oleh AS untuk mencapai tujuan kebijakan tersebut? Mengapa?

5. Kalau dikaitkan dengan isu nuklir, bagaimana sebenarnya AS memandang isu tersebut di era kontemporer sekarang (pascaperang dingin)? Adakah strategi-strategi kebijakan AS untuk itu? Mengapa?

6. Terkait dengan isu nuklir India dan Iran, bagaimana AS memandang kedua isu tersebut? Mengapa?

7. Bagaimana sebenarnya AS menjalin hubungan politik dengan kedua Negara tersebut, terutama di era multipolar sekarang?

8. Apakah isu nuklir India dan Iran memiliki signifikansi terhadap strategi dan kebijakan nuklir AS terhadap dunia? Mengapa?

9. Hal mendasar apa yang membuat AS perhatian terhadap isu nuklir India dan Iran sehingga AS memilih untuk mendukung India dan menekan Iran dalam program nuklirnya?

10. Kesimpulan yang bisa anda sampaikan?

End of interview:

Gambaran umum dari hasil wawancara

Informan:

Pakar/Pengamat Sistem Politik AS;

Departemen Luar Negeri;

Departemen Pertahanan dan Keamanan;


REFERENSI.

Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, elMatera Publishing, Yogyakarta, 2007

Rohman, Arif, Sosiologi, Intan Pariwara, 2004

Silalahi, Ulber, Metode penelitian sosial, Unpar Press, Bandung, 2006

Suyanto, Bagong & Sutinah (ed), Metode penelitian sosial: berbagai alternatif pendekatan, Kencana, Jakarta, 2005

Faisal, Sanapiah, Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar dan Aplikasinya. Malang: YA3, 1990

1 comment:

  1. terima kasih untuk infonya. saya mau ijin copy sedikit yang arti observasi, boleh? :D
    untuk melengkapi pengertian observasi di skripsi saya.

    ReplyDelete