Siapa sangka saat keduanya bertemu di cafe itu, perasaan mereka perlahan berubah. Berubah menjadi sesuatu yang sebenarnya tak boleh ada. Obrolan yang menyenangkan ditemani secangkir coffe latte dan alunan jazzy band di sudut ruangan cafe itu, semakin menghenyakkan kebersamaan mereka yang tidak diketahui siapa pun. Tak ada kata perkenalan, karena mereka telah lama bersua, walau hanya lewat kata-kata sapa di cyber space. Tak perlu lagi saling memandang tubuh dan apa yang mereka berdua kenakan, semua telah lama terlihat saat web cam di pagi buta menyala, menyambut percakapan paling menyenangkan yang mereka buat selama berbulan-bulan.
Dan sekali lagi tak perlu lagi ada kata perpisahan, karena memang apa yang harus dipisahkan? Nothing. Dan saat pertemuan ini tiba, bukannya malah kecanggungan yang melanda, tapi seberkas harapan untun menjadi berbeda ternyata ada di sudut mata mereka. Saling membutuhkan dan menguatkan, meski mereka telah... terikat... dengan yang lain.
Namun, kenyataan pada saatnya harus dihadapi, semua cara untuk saling memiliki dengan konsep berbeda tak bisa serealistis saat kita memilih sekolah unggulan. Memiliki nilai tinggi, lulus tes, dan mendapat perhatian dengan prestasi kita, hal itu sudah cukup membuat kita menjadi siswa dengan kualitas di atas rata-rata.
Tapi ini beda, semua beda, dan akan selalu beda....
Sekian lama...
Saat salah satunya berada dalam kondisi gundah dengan jas putih yang tergantung di kursi kamar
Dan beberapa orang sibuk mengancingkan vest emas dan payet-payet yang harus disematkan di bajunya
Sesekali dia mengadahkan kepalanya, menjaga agar air matanya tidak jatuh
Tapi sedetik setelah perasaannya semakin galau, dering bunyi pesan singkat membuyarkan pikirannya
"Aku berada di tempat saat kau berkata, 'aku menunggumu di tempat yang telah kita janjikan...' dengan Adhitya Sofyan, lagu kesukaan kita, membayangkan kamu bersamaku, meneguk secangkir kopi, bersamamu... hanya bersamamu..."
Dia menangis....
Di luar hujan semakin deras
Di sore hari...
Di hari istimewa bagi mempelai perempuan, bukan dirinya...
Di sudut kota...
Di tempat yang hanya mereka yang tahu
Dia berada...
Memandang air hujan yang jatuh beriak menerpa kaca
Sesekali menyeka air matanya
Dia tabah, dia kuat, tak mungkin badan setegap dan sebidang itu tak kuat menahan kondisi ini
Namun, realita yang dia rasakan begitu asing
Dia mengaku kalah...
Dan akhirnya hanya lirik cinta yang memberikan ketegaran
Lagu mereka berdua
Di sore hari yang basah...
Basah karena cinta...
I need to know what's on your mind
These coffee cups are getting cold
Mind the people passing by
They don't know I'll be leaving soon
I'll fly away tomorrow
To far away
I'll admit a cliché
Things won't be the same without you
I'll be looking at my window seeing Adelaide sky
Would you be kind enough to remember
I'll be hearing my own foot steps under Adelaide sky
Would you be kind enough to remember me
I'll let you know what's on my mind
I wish they've made you portable
Then I'll carry you around and round
I bet you'll look good on me
I'll fly away tomorrow
It's been fun
I'll repeat the cliché
Things won't be the same without you
I'll be looking at my window seeing Adelaide sky
Would you be kind enough to remember
I'll be hearing my own foot steps under Adelaide sky
Would you be kind enough to remember me
I've been meaning to call you soon
But we're in different times
You might not be home now
Would you take a message
I'll try to stay awake
And fight your presence in my head
I'll be looking at my window seeing Adelaide sky
Would you be kind enough to remember
I'll be hearing my own foot steps under Adelaide sky
Would you be kind enough to remember me
-Saat siaran sendirian, hanya ini yang terlintas di otak saat suara Adhitya Sofyan mengalun redam di studio... September, 12 2010-
No comments:
Post a Comment